Jeudi 11 novembre 2010
On plie Bitsjari pour retrouver Tanjung Boi
Par Olga Otero L’exploration éclair de la (petite) baie de Bitsjari s’achève et nous laisse trois derniers jours d’exploration papoue que nous allons concentrer sur la grotte de Tanjung boi, à l’est de la baie de Kajumerah. C’est la grotte prometteuse que nous avions lâchée juste après sa découverte, sans vraie exploration, pour rallier Kaimana et assurer la rotation de la mission.
Le trajet se fera cette nuit. On appareille dès le repas fini.
Aujourd’hui Laurent et Lukas ont fait plus de 20km sur sentier parfois sous la pluie pour pêcher des rainbows dans le lac au dessus de Morano et surtout dans la rivière qui s’y jette. Pendant ce temps un deuxième groupe ichthyo : Domenico, Gigih, Amir et Sopian, abandonnés par Gilles parti prendre son avion ce matin, ont fini l’exploration et la collecte de gobies dans les rivières de basse altitude. Les grottologues ont exploré les résurgences en bord de mer et les archéo/paléo et Budi (sédimento) sont repartis au village de Masrih (« rapidement » évoqué hier) pour enquêter auprès des villageois et découvrir d’éventuelles sépultures dans des grottes et parallèlement étudier les grottes et résurgences sur cette côte de la baie. Mis à part Lukas et Laurent rentrés de nuit nous étions tous de retour en fin d’après midi. Conditionnement des échantillons, nettoyage des godasses ou du sac qui commence à refouler des odeurs inconnues… Moi j’ai coincé un joli gastéro destiné à Conni. Je ne le trouvais pas et pourtant il était vraiment évident qu’il était là ! Je ne sais pas si le sac sera ré-utilisable ! Je l’ai dégoté : coincé sur la réserve de susu (le lait concentré sucré), celle qui est bien cachée pour l’oublier… puis la retrouver en cas de coups vraiment durs (je l’avais oubliée, d’ailleurs hier je n’ai pas mangé de la journée !). Tout ça dans une poche dont j’ignorais encore l’existance.
Bon, sinon, vous pouvez constater que les rédacteurs en français ont complètement déserté (et pourtant, les récits au sortir d’Arguni étaient E-DI-FIANTS…) et je ne pourrai plus compter les foisonnantes interventions de Gilles (Segura, Segura, c’est espagnol ce nom). Tous mes espoirs sont que Domenico (nationalité italienne) continue son activité rédactionnelle épisodique (il vient de me promettre une livraison dans un ou deux jours). Bref, le côté « français » du blog repose sur bien peu de personnes, asséchant d’autant la variété des styles, le fleuri des langages, la diversité des sujets. Pour le côté indonésien, voici le journal de bord d’Amir, membre de l’Apsor, l’académie des pêches de Sorong. Merci à lui pour cette jolie contribution !
Olga Otero, qui vient de finir son repas et son texte pour ce soir, toujours assise sur le pont arrière du bateau. Ca y est, le bateau part.
Find the rainbow fish in Arguni Bay
oleh Amir M. Suruwaky
Tanggal 28 Oktober
Jam 06.30 pagi ahu keluar dari rumah meninggal isteri dan Hafis anaku tercinta menuju Bandara DEO, sesampai di Bandara langsung melapor ke petugas cek in Express air. Pesawat Express air yang rencana aku tumpangi ke Kaimana tertunda jadwal keberangkat selama 1 jam dari rencana keberangkatan jam 09.00 WIT menjadi jam 10.00 WIT. Aku pun mulai menghabisi beberapa batang rokok sambil menunggu keberangkatan, karena sedit kesal dan depresi aku beberapa kali mengunjungi toilet walaupun toiletnya agak jorok dan terkesan yidak terawatt. Akhirnya tiba juga saanya bording, dan akhirnya pukul 10.15 WIT pesat yang aku tumpangi lepas landas dan tiba di bandara Kaimana pukul 11.13 WIT. Sesampai di Kaimana aku dijemput Pak Kadar salah satu team expedisi Lengguru dan dikenalkan dengan 11 orang person team ekspedisi yang telah selesai melaksanakan penelitian di AFONA yang digantikan oleh aku dan beberapa teman lainnya yang dating dari IPB, LIPI dan IRD untuk melanjutkan ekspedisi Lenggguru di teluk Arguni.
Sambil menunggu pak Kadar dibantu Napoleon Lemauk (Napo) yang sibuk mengurus keberangkatan team yang telah selesai dan team yang baru datang aku masuk ke kantin bandara untuk mengisi perut yang mulai terasa keroncongan, seporsi mie telor dan 1 gelas the tanpa gula aku pesan, asik menyantap mie dan the tawar kesukaanku tidak memperhatikan kalau pak Kadar dan Napo telah berangkat ke Pelabuhan dimana KM Airaha 02 berlabuh. Setelah selesai menyantap Mie telor dan the tawar aku mencoba mencari Pak kadar namun tidak ketemu, akupun mulai gelisah, apalagi baru kali ini aku ke Kaimana. Tak lama kemudian Pak Kadar nelpon kalau mereka sudah dalam perjalanan menuju pelabuhan, akhirnya aku nyusul dengan menggunakan ojek. Sesampai di pelabuhan kami dijempt dengan Raber boad, Alhamdulillah akhirnya bias ngumpul dengan tim ekspedisi dan ABK KM Airaha 02.
29 Oktober 2010
Setelah 1 hari kami beristirahat di kaimana kami pun berlayar menuju Teluk Bentuni. Kurang lebuh 5 jam perjalanan kami pun tiba di Teluk Bentuni dan berlabuh di Ambang kampung Wanoma, setelah berlabuh teman-teman dari IRD pun sibuk mengurus administrasi (ijin untuk melakukaan kegiatan) setelah seharian team dari IRD mengurus ijin dan mereka kembali ke kapal, mereka langsung membagi tem work untuk memulai pekerjaan pada esok harinya.
30 Oktober 2010.
Setelah brefing dengan Pak Kadar akhirnya aku memutuskan untuk gabung dengan team ikan yang di pimpin oleh Gilles dan beranggotakan Marc, Gigih, Sofyan, Cony, dan aku sendiri. Pada jam 08 kami berangkat dari kapal dengan long boad milik masyarakat setempat (desa Wanoma) dan kembali menjelang Magrib. Survey hari pertama dilakukan di sungai Wermura (nama local) dengan posisi (posisi geografisnya ada pada Gilles), dalam perjalanan menuju sungai wermura kami sempat singgah di sebuah kubangan tapi kubangan ini masih memiliki hubungan dengan laut karena airnya terasa payau dan banyak terdapat ikan air laut seperti kakap, baronang, kuwe dan beberapa jenis ikan air laut lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah itu kami menarik plankton untuk sampel plankton (buat si Cony) di jalur keluar masuknya air laut ke kubangan tersebut. Kemudian kami melewati aliran masa air yang sangat menusuk dengan aroma belerang dan lagi-lagi kami menarik plankton net untuk melihat sampel plankton atau zooplankton yang dapat beradaptasi dengan kondisi ini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke sungai weramura namun karena surut kami tidak bisa sampai ke hulu sungai tersebut dan kami hanya mengoleksi sampel ikan maupun yang lainnya di hilir sungai. Setelah selesai motoris (Marthalus) membawa kami ke satu anak sungai dari Wermura yakni Lewaka (nama local) (posisi ada pada Gillles). Sungai Lewaka merupakan sungai yang unik, keunikan dari sungai ini air sungainya memiliki 2 warna yakni warna hijau dan biru selain itu air sungai ini juga menebarkan aroma belerang. Karena boad tidak bisa sampai ke hulu sungai kami tambat labuh +/-1.5 km dari hulu sungai dan kami lanjut dengan jalan kaki melewati pepohonan mangrove yang terlihat masih alami walau di bagian atasnya telah dibuka jalan raya lintas Kaimana dan melewati jalan raya +/- 1 km. Setibanya di hulu sungai si Gilles menemukan seekor buaya (beliau lebih dulu tiba di hulu) dan beliau langsung mengiatkan kita untuk selalu hati-hati dari hasil survey tidak ditemukan rainbow fish tapi ditemukan 3 jenis ikan yakni glass fish, ikan gabus dan (dikoleksi oleh si Sofyan). Kami pun kembali setelah hari mulai senja.
31 Oktober 2010.
Pada hari kedua, team kami mengalami perubahan namun ketuanya tetap Mr. Gilles, anggota team kami pada hari kedua terdiri dari : Domenico, Dokter, Gigih, Sofyan, Amir dan Ghofir. Survey hari kedua ini dilanjutkan di sungai Gebiasi (nama local) dengan posisi (ada pada Gilles). Pada hari kedua keberangkatan kami agak telate dari jadwal yang ditentukan (harusnya beangkat jam 8.00 WIT molor hingga jam 11.00 WIT) karena motoris yang membawa kami melaksanakan ibadah. Walaupun agak terlambat akhirnya kami pun berangkat menuju ke suatu sungai yang telah di tandai posisinya oleh Gilles, namun dalam perjalanan kami berubah arah karena menurut motoris yang membawa kami lokasi tujuan kami tidak ada sungai disana dan akhirnya kami menuju ke sebuah sungai (Gebiasi = nama local) yang tidak begitu jauh dari lokasi yang kami survey pada hari pertama. Dalam perjalanan ke Gebiasi kami masih ragu namun karena motorisnya ngotot akhirnya kami pun mengikutinya, dan akhirnya setelah 30 menit kami tiba di lokasi sungai tersebut, namun karena kondisi pasang surut kami tidak bisa menjangkau langsung ke lokasi dan tambat labuh +/-300 meter dari hulu sungai tersebut. Gebiasi adalah sungai yang mirip kubangan dengan panjang +/-60 meter dengan sumber air yang datang dari celah-celah batu di lereng gunung, airnya jernih dengan kecepatan arus +/-1 m/detik. Setiba di lokasi kami sangat senang karena di lokasi tersebut merupakan habitat dari rainbow fish dan kami mulai melakukan penangkapan yang dimulai dengan serok namun hasilnya tidak memuaskan akhirnya menggunakan alat tangkap jala, dan berhasil ditangkap seanyak 42 ekor, dan diduga ada 2 jenis. Setelah menangkap ikan rainbow kamipun menghabiskan bekal yang kami bawa sambil bercanda ria, kami semua gembira karena berhasil menemukan apa yang kami cari. Gilles terlihat tersenyum begitu pula Dominico. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali dengan sejuta senyum. Sekembali dari Gebiasi, motoris kami memberi informasi bahwa ada sebuah sungai yang letaknya tidak jauh dari kapal Airaha 02 berlabuh yakni sungai Wadawawa, di hilir sungai ini dijadikan basekamp para pekerja jalan lintas Kaimana dan kami langsung meninjau sungai tersebut dan menetapkan sebagai target kami besoknya. Dalam perjalanan ke sungai tersebut kami dihadang oleh team goa karena motorisnya tidak begitu tahu lokasi dimana mereka tujuh, dan pak Marthalus memberikan informasi kepada mereka tentang letak goa tersebut. Karena melihat pak Jack si Gigih pun teriak “kami dapat raibow pak Jack” begitulah si Gigih mengekspresikan kebahagiaannya. Setibanya di kapal kami di sambut dengan senyum karena kami dapat rainbow. Gilles pun sibuk menyampling semua jenis yang kami dapat terutama untuk identifikasi genetikanya.
1 November 2010.
Pada tanggal 1 November setelah selesai sarapan mie goreng dan membawa bakal secukupnya kami langsung melanjutkan ekspedisi ke sungai yang telah ditetapkan sebagai target pada hari sebelumnya yakni sungai Wadawawa. Pada ekspedisi kami kali ini beranggotakan orang-orang sebelumnya kecuali pak dokter yang memilih mengikuti team Geologi. Setelah 5 menit perjalanan dengan longboad dengan tenaga penggerak 15 PK kami pun tiba di hilir sungai tersebut dan longboad pun ditambat labuh dan perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki. Kami pun menelusuri sungai setapak demi setapak sambil menyelidiki tiap bagian dari sungai tersebut, tanpa kami sadari sudah 2 jam kami berjalan namun target utama kami tidak temukan, yang kami dapati hampir disetiap bagian sungai dihuni oleh udang. Setelah +/-2,25 jam berjalan kami tiba di hulu sungai dan yang kami dapati ternyata sungai tersebut tidak memiliki sumber air. Di hulu sungai kami disibukan dengan mengurus lintah yang selalu ingin menghisap darah kami (kaya vanvire aja sih). Hulu dari sungai ini kering dan merupakan lokasi perkebunan rakyat yakni perkebunan pala. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali sambil menangkap beberapa ekor udang untuk dijadikan sampel. Pada jam 12.00 WIT kami sudah kembali ke kapal dan mengemasi sampel-sampel yang berhasil kami koleksi. Satu jam kemudian kami pun kembali melanjutkan ekspedisi dengan sungai tujuan di belakang kampung Wanoma yakni sungai Omomia. Sungai ini juga jaraknya tidak begitu jauh dari kapal dan lama perjalanan dari kapal ke hilir sungai sekitar 7 menit. Setelah tiba di hilir sungai kami mengemasi peralatan yang akan kami gunakan dan melanjutkan perjalanan menuju hulu sungai. Menurut informasi dari motoris jarak yang akan kami tempuh sekitar 5 km, Namun si Gilles (bule prancis yang pendiam namun penuh rasa ingin tahu, agak susah juga komonikasi dengan bule ini karena bahasa inggris gue yang parah dan beliau juga gak ngerti bahasa Indonesia, hingga kadang menggunakan bahasa isyarat) dan bule Italia si Dominico (bule yang agak kocak dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata walaupun begitu beliau bisa jadi translator antara kami dengan si Gilles) tetap bersikeras untuk kami tetap melanjutkan ke hulu sungai, akhirnya kami pun berangkat menuju hulu sungai. Perjalan kali memiliki medan yang agak berat selain berbukit juga penuh onak dan duri (terutama duri rotan) beberapa kali si bule Dominico jatuh dan bangun namun tetap bersikeras agar tetap ke hulu. Si Ghofir (ABK) yang kita minta untuk bantu kita di tim ikan juga jatuh, dan hampir seluruh anggota tim tersengat duri rotan namun perjalan tetap berlanjut. Sesampai di tengah hutan kedua pemandu yang juga merupakan motoris meninggalkan kami karena berburu rusa, kamipun panic kemana harus melangkah, akhirnya aku mengabil posisi jalan paling depan untuk mencari jejak kedua pemandu kami. Dan akhirnya kami dapat menemukan mereka, ada sedikit rasa kesal di hati ingin rasanya diganti dengan pemandu yang lain. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan walau 2 bukit telah kami lewati namun belum juga menemukan hulu sungai. Kami tetap semangat dan perjalanan terus dilanjutkan setelah kami dibasahi oleh peluh kami masing-masing kami pun memutuskan untuk istirahat sebentar sambil berdiskusi lagi dengan kedua pemandu, apakah masih memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, terlihat ada sedikit rasa ragu yang tergores di dahi sang pemandu (Marthalus) namun karena Gilles dan Dominico masih bersikeras kamipun melanjutkan perjalanan, +/-1 jam setelah berjalan kami kembali beristirahat, kami breefing lagi dan melihat jejak kami di GPS yang dibawah Gilles ternyata perjalanan kami hanya memutar tanpa arah yang jelas, waktu menunjukan pukul 3.00 WIT, dan menurut Marthalus kami tidak memungkinkan untuk lanjut kecuali bermalam di hulu sungai, akhirnya Gilles memutuskan untuk kembali. Perjalan pulang tidak terlalu berat karena kami menelusuri anak sungai, di anak sungai ini kami menemukan kubangan air dan mengoleksi udang-udangan yang kami temukan di kubangan tersebut. Perjalanan kali ini sangat melelahkan dan tanpa hasil.
2 November 2010
Pada tanggal 2 November 2010 team kami kembali ke hulu sungai Waramura untuk memastikan apakah di hulu sungai ada ikan rainbow atau tidak. Perjalan kami kali ini tidak melewati jalan yang pernah kami lalui sebelumnya, tetapi melewati jalur lainnya. Motoris kami sangat menguasai daerah ini walaupun sungai Waramura memiliki anakan sungai yang sangat banyak. Setelah +/-1,5 jam kami tiba di jalan penghubung Tanggaromi – Weramura yang belum selesai di kerjakan. Setelah itu kami jalan kaki +/-800 meter kami menemukan bekas basekemp yang ditempati para kerja jalan dan di belakang basecemp itulah hulu sungai Weramura berada. Kami pun menyelidiki setiap sisi sungai, hampir saja kami kecewa setelah kurang lebih 10 menit menyelidiki kami tidak menemukan kehidupan di sana, akan tetapi kami terus menyelidiki dan secara bersamaan aku dan Gigih teriak Rainbow !!! (aku girang sekali, perjalanan kami tidak sia-sia), anggota team yang lain pun bersorak dan kami mulai menyampling beberapa ekor, namun karena medannya yang kurang pas untuk melempar jala kami agak kewalahan mendapatkan contoh ikan rainbow, namun kami tetap berusaha dan berhasil menangkap 38 ekor ikan rainbow. Dalam kegiatan penangkapan kami juga dikagetkan dengan seekor ular putih dengan diameter badan +/-5 cm sedang tidur dibalik dedaunan. Setelah +/-2 jam kami menangkap cuaca mulai mendung dan kami memutuskan mengakhiri penangkapan dan berkemas untuk kembali. Gerimis pun turun disaat kami menghabisi bekal yang kami bawa dari kapal setelah itu kami pun kembali dengan wajah berseri.
3 November 2010
Karena kelalaian kami saat menangkap ikan rainbow di sungai gebiasi dan Weramura kami tidak mengambil sampel air ketiga sungai tersebut dan pada tanggal 3 Nov 2010 kami diperintahkan kembali ke sungai Lewaka, Gebiasi dan Weramura untuk mengambil sampel air ketiga sungai tersebut. Route yang kami lalui pada tanggal 3 Nov 2010 merupakan gabungan antara route-route sebelumnya dan kami akan melalui dengan berjalan kaki sejauh +/-20 KM pergi-pulang. Hari ini kami jalan sendiri tanpa pemandu dengan anggota team terdiri dari Gilles, Dominico, Gigih, Sofyan dan Amir. Kami diantar oleh Sem Paa salah satu ABK senior dengan menggunakan raberboad. Kami di droop di jalan penghubung Tanggaromi Wermura dan kami melanjutkan dengan jalan kaki. Sebenarnya aku keberatan karena penyakit asam urat yang aku derita, (dalam hatiku menggerutu, namun akupun tetap bersemangat untuk melanjutkan perjalanan ini). Aku jalan paling belakang saat kami menuju ke sungai karena masalah asam urat, selain itu ada rasa perih di selangkangku karena lecet sejak perjalanan kemarin. Setelah 1 jam kami berjalan akhirnya kami tiba di sungai Lewaka, Gilles mengendap-endap menyelidiki sungai jangan-jangan ada buayanya. Setelah kami mengambil sampel air kamipun kembali melanjutkan perjalanan ke sungai Weramura. Perlalan ke sungai Weramura kami tempuh dalam 2 jam perjalanan dari sungai Lewaka, dalam perjalanan kami diguyur hujan, walau hujan begitu deras namun keringatpun sangat deras keluar dari tubuh kami, tidak ada sedikitpun rasa dingin yang ada hanya semangat untuk sampai ke sungai Weramura. Akhinya kami tiba di sungai Weramura, namun di kamp sudah nampak beberapa orang pemburu dan kembali menanyakan informasi tentang kemungkinan ada sungai yang lain selain yang sudah kami singgahi. Setelah tiba di kamp kamipun menghabiskan bekal yang kami bawah karena sudah pukul 13.00 WIT. Setelah selesai kami membagi tugas, aku dan Gigih tetap di Weramura sedangkan Gilles, Dominico dan Sofyan ke Gebiasi, namun para pemburu menawarkan bantuan dengan meminjamkan motor. Gilles dan Dominico ke Gebiasi dengan mengendarai Motor sedangkan aku, Gigih dan Sofyan menunggu di Weramura. Kami gelisah karena sudah 1.5 jam kedua bule belum juga muncul, jangan jangan ada sesuatu menimpa mereka (motornya rusak atau ada masalah lainnya, kami bertanya-tanya). Namun tidak lama kemudian mereka muncul dan kami pun berkemas untuk kembali. Dalam perjalanan pulang aku benar-benar tak kuasa lagi betisku sakit selah pahaku perih, aku sering tertinggal dan semua bebanku diambil alih oleh Dominico dan Gilles walau aku masih sanggup membawanya. Perjalanan kali ini membuat aku capek banget selain itu lecet di selangkanganku makin memerah aku juga merasa jadi beban dalam kegiatan ini.
4 November 2010
Setelah perjalanan yang melelahkan sehari sebelumnya hari ini kami tim ikan Istirahat, waktu istirahat diisi menyortir sampel, dan bercanda dengan ABK di atas kapal.
5 November 2010.
Setelah istirahat sehari kali ini kami (aku, Gigih dan Sofyan) ditugaskan pak Kadar untuk menemani Olga, Cony, pak Budi dan Unggul ke Utara tepatnya di kampung Wanggita. Di Wanggita setelah mengurus segala administrasi Olga dan teman-temannya meneliti struktur bebatuan sedangkan kami ke sunggai Wanggita. Kami ke sungai ditemani seorang warga (Abdul Haji Riroma). Rencananya setelah selesai dengan sungai Wanggita kami akan ke dua sungai lain yang ada di kecamatan itu yakni sungai Dodobra yang jaraknya +/-5 km dari kecamatan Wanggita dan sungai Riroma yang berjarak +/-2 km dari kecamatan. Rencana pun berubah setelah hujan lebat yang menyebabkan sungai jadi banjir selain itu juga waktu sudah tidak memungkinkan untuk melakukan survey. Kamipun tidak melakukan aktifitas (lari kosong). Akhir setelah menunggu timnya Olga selesai kamipun kembali ke kapal dan tiba di kapal puku 7.00 WIT.
6 November 2010
Setelah kembali dari Wanggita celah pahaku tambah lecet dan makin parah, Sofyan memberikan salep khusus lecet dan aku coba untuk mengoles lecetku. Dan aku pun tidak dapat ikut dengan Tim kami hari ini yang kerja di Tanggaromi. Aku sangat menyesal karena tujuanku kesini untuk kerja bukan untuk rekreasi. Aku mohon maaf untuk tim !!!, sekali lagi maafkan aku !
7 November 2010
Jam 8.00 WIT kami diminta untuk siap-siap untuk meninjau beberapa sungai yang terletak antara Tanggaromi dan Kaimana. Kami pun segera menyiapkan peralatan dan perbekalan secukupnya. Sampai jam 12.00 WIT motoris yang membawa kami blum juga datang (beliau lagi ibadah) akhirnya setelah makan siang kami baru bisa berangkat. Team yang turun kali ini terdiri dari Gillles, Dominico, Marc, Jack, Sopian dan Aku sebagai pendamping adalah Napo. Perjalanan kali ini kami di droop di Tanggaromi dan kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot menyusuri sungai dari Tanggaromi hingga Kaimana. Sungai yang pertama kami tinjau adalah sebuah sungai di KM 18, namun kami tidak menemukan target yang diharapkan, kemudian perjalanan di lanjutkan di salah satu sungai di km 14, sungai ini merupakan pusat rekreasi masyarakat, lagi-lagi kami tidak menemukan target, padahal kondisi air sungai ini sangat bagus (airnya jernih, tawar, luas dan sangat dalam). Kamipun kembali melanjutkan perjalanan namun hingga sampai di Kaimana kami tidak menemukan Rainbow fish yang merupakan target kami. Walau kami tidak menemukan raibow fish aku sangat bahagia hari ini, karena sudah 10 hari baru kali ini aku dapat menghubungi keluarga saya. Walau hanya sebentar aku benar-benar sangat bahagia. Aku dapat ngobrol dengan isteri dan anak saya.
8 November 2010
Hari ini aku sangat kecewa, aku tidak bisa pergi bersama tim. Gigih, Sopian dan aku sudah mengatur rencana untuk pergi mencari ikan kepe-kepe. Sedangkan Gilles dan Dominico belum jelas mau kemana. Semalam aku dah nanya sama Dominico tentang encana besok, tapi jawab Dominico belum tahu, dan pagi ini pun kembali ditanyakan Napo tapi belum jelas juga. Pukul 9.00 baru Dominico dan Gilles punya rencana. Keberangkatan kami menunggu air surut sedangkan Dominico dan Gilles segera berangkat. Karena tidak sewa longboad masyarakat Napo siap mengantar kami dengan raberboad dengan mesin penggerak 15 PK. Aku kaget karena Dominico dan Gilles pun mau berangkat. Napo sudah siap antar Gilles dan Domonico lebih dulu kemudian kembali menjemput kami, dan kami sudah oke. Tiba-tiba Dominico mau kami bareng, aku benar-benar kaget dan sangat kecewa ketika mengetahui jumlah yang akan menggunakan jasa raberboad sebanyak 6 orang yakni ditambah Cony. Dan lebih kaget lagi ketika Dominico mengatakan ada yang harus tinggal, akhirnya dengan rasa sangat kecewa dengan ketidakjelasan jadwal kerja (semua serba tiba-tiba) akhirnya aku memutuskan untuk tidak ikut. Ingin rasanya aku pulang hari ini bila ada transportasi. Saran saya sehari sebelum memulai kegiatan lebih baik kita diskusikan dulu tentang apa yang akan kita kerjakan ? siapa-siapa saja yang akan ikut dalam kerjaan itu, jam berapa kita akan mulai ? dan seterusnya, sehingga kami sebagai anggota tim tahu apa yang akan kami kerjakan, jam berapa harus mulai, alat apa yang harus di bawa dan sebagainya. Mungkin ada diskusi tapi kayaknya hanya sepihak (hanya tim Perancis) dan kami tidak pernah dilibatkan, ini merupakan kelemahan dalam tim work! oleh Amir M. Suruwaky